Ada Apa dengan Dunia pendidikan di NTT ??
Dunia pendidikan NTT memiliki beragam cerita. Ada cerita yang menyedihkan, menjengkelkan semuanya bercampuran membentuk kisah yang tak pernah lepas dari ingatan kita. Kisah ini berawal dari pusat. Dilansir dari Flores post 5 Desember 2017 lalu, Mentri Pendidikan dan Kebudayaan era Jokowi priode pertama Muhadjir Effendy membuat panas telinga masyarakat Indonesia pada umumnya dan NTT pada khususnya. Menanggapi dalam program for international students assessment (PISA) yang membuat Indonesia ranking bawah dalam penilaian oleh lembaga dunia tersebut, Ia menyatakan " Saya khawatir yang dijadikan sampel Indonesia adalah siswa-siswa dari NTT semua". Dalam pemberitaan tersebut reaksi beragam datang dari warga NTT ada yang menyayangkan, ada yang marah namun ada juga sebagai bahan introspeksi diri.
Mendengar pertama jelas reaksi kita sebagai warga NTT pasti kaget, terkejut bahkan marah. Namun perlu kita berpikir lebih jauh lagi dalam melihat penilaian dari pusat ini. Akan menjadi suatu pembelajaran yang sangat berharga bagi masyarakat NTT dan seluruh lembaga pendidikan diNTT. Yang jelas lembaga pendidikan harus menjawab kritikan ini dengan prestasi, selain itu komunikasi dari pusat ke daerah dan dari daerah ke pusat sangat penting. Bahkan sebagai masyarakat NTT menginginkan pengawasan ketat terkait berbagai macam bantuan, pola pembelajaran dan juga terhadap tenaga pendidik yang indisipliner.
Selain itu ada juga kisah yang membuat bibir kita tertawa kecil namun hati kita sangat kecewa dan sakit.
Pada acara peringatan hari pendidikan nasional tahun 2020 yang di siarkan secara daring dikanal YouTube Kemendikbud Sabtu (2/5) Nadiem Makarim menyatakan sangat kaget mendengar ada keluhan tentang ada masyarakat yang tidak punya sinyal, televisi bahkan ada yang tidak punya listrik, ini yang membuat Pak Nadiem kaget luar biasa karna jelas kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) akan terkendala.
Dua kisah dari pusat ini sungguh membuat dunia tau bahwa NTT sangat kekurangan perlu uluran tangan dari berbagai pihak.
Tidak hanya kisah datang dari pusat dari NTT sendiri pun menyumbangkan dua kisah yang sangat menyedihkan dan membuat air mata tumpah.
Diujung Timur Flores tepatnya di SD Balela kota Larantuka Guru ASN Ribka Nitti diperlakukan sangat tidak adil. Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga (PKO) dan Badan Kepegawaian Daerah (BKD) dua lembaga yang menjadi sorotan dikala Ibu Ribka mengalami ketidakadilan.
Dikutip dari Pos Kupang 28 Mei 2021 Asisten I bidang pemerintahan dan Kesra Setda Kab. Flores Timur Abdul Razak Cakra menjelaskan Ibu Ribka merupakan tenaga kontrak yang dimasukan dalam K1 dan K2. Kemudian oleh pemerintah diangkat menjadi PNS fungsional umum. Tapi dalam perjalanan keluarlah regulasi baru yang mewajibkan guru yang berdiri didepan kelas wajib mengantongi ijazah sarjana. Ibu Ribka juga ikut kuliah dan wisuda. Dia masukan berkasnya kedinas PKO. Tapi sayangnya tidak diproses karna limit waktu. Sampe Dia dipensiunkan masih berdiri didepan kelas. Dalam data Dapodik masa pensiunnya tahun 2022. Tapi dalam perjalanan, dinas PKO melalui SK Bupati pensiunkan Ibu Ribka. Artinya Dia masuk pejabat fungsional umum dan pensiun diumur 58 tahun. Jelasnya Ia mengaku persoalan Ibu Ribka merupakan kelalaian dinas PKO yang tidak menyampaikan soal Masa Persiapan Pensiun (MPP). Selama Ibu mengajar tidak ada penyampaian tiba-tiba ada SK pensiun. Seharusnya disampaikan ke yang bersangkutan. Saya menilai ini ada kekeliruan atau kealpaan dari dinas PKO yang tidak ada penyampaian MPP. Apalagi surat usulan pensiun ini diajukan oleh dinas PKO ke BKN makanya keluar surat pensiun, Tandasnya. Abdul Razak Cakra menambahkan persoalan Ibu Ribka sudah disampaikannya ke Bupati dan pemerintah daerah sudah mengirim surat ke Mentri Kemenpan RAP juga ke kepala BKN. Intinya saya sudah sampaikan ke Bupati, bahwa sesuai regulasi ASN tidak bisa dirugikan tutupnya.
Keterangan dari Pak Abdul Razak Cakra sangat berbanding terbalik dengan prilaku Dinas PKO terhadap Ibu Ribka. Dilansir dari Tribun News 20 Mei 2021, setelah dipensiunkan tanpa konfirmasi Ibu Ribka malah disuruh mengembalikan uang gaji selama 10 bulan dari bulan Februari 2020 sampai dengan Desember 2020, Sebesar Rp. 36. 113.500. Dampaknya, tanpa sepengetahuan beliau uang Taspennya dipangkas habis guna menutupi gaji 10 bulan yang selama diterimanya. "Uang Taspen saya langsung dipotong tutup utang negara, itupun belum cukup karna baru Rp. 22 123.500.
Sehingga , sisa utangnya Rp. 14.000.000 saya diminta bayar cicil perbulan 300.000 hingga 2025, katanya sambil menitikkan air mata. Ibu Ribka pun melanjutkan saya selama ini mengajar artinya 10 bulan yang dituntut itu saya tetap mengajar karna dikartu Dapodik saya pensiun tahun 2022. Kalau saya tahu sudah pensiun, pasti tidak mungkin beraktivitas disekolah. Saya sama sekali tidak diinformasikan soal MPP, tutupnya.
Tentu ini kisah yang sangat mengecewakan dalam dunia pendidikan. Pihak yang mendesain dan mengelolah tenaga pengajar agar tertib dan ikut prosedur namun faktanya malah memperlakukan tenaga pengajar dengan tidak adil. Sungguh sangat keterlaluan dinas tersebut, kebodohan dan ketololan mereka sendiri pertontonkan tanpa merasa malu.
Kisah berikutnya pun masih didaratan Flores tepatnya di kabupaten Nagakeo, kecamatan Nangroro Desa Ulupulu I.
Dilansir dari iNews.id 09 Juni 2021 Orang tua murid selaku pelaku Didakus Dame (45) menikam kepala sekolah SDI Ndora desa Ulupulu I Ibu Delfina Azi (59) hingga tewas. Penyebabnya yaitu anaknya yang baru kelas V SD belum melunasi uang komite sekolah sebesar 1,7 juta. Pihak sekolah memulangkan anak tersebut namun karna pelaku tidak terimah akhirnya melakukan hal-hal diluar dugaan sampai menghilangkan nyawa tenaga pengajar. Hukum mati harus pelaku dapatkan pihak keluarga suaminya Ibu Delfina dan tentu kita sebagai Manusia tentu tidak terimah keluarga kita diperlakukan demikian kejam.
Sebagai orang tua murid tau diri dan tau kewajiban, tunggakan yang sudah mencapai 1,7 juta jelas itu pihak sekolah sudah menginginkan suatu penyelesaian kekeluargaan namun tunggakan kalau kian hari menumpuk jelas pihak sekolah akan melakukan tindakan tegas. Pelaku jelas tidak tau malu sudah diberikan kelonggaran sampai anaknya mencapai kelas V SD tapi tidak tau terimakasih, bahkan dalam pemberitaan dibeberapa media online seperti EkoraNtt.com, SindoNews.com, CNNindonesia, Kumparan, FloresPedia.com dan lainnya pelaku datang disambut oleh para guru dengan baik, disuruh tenangkan diri dan komunikasi dengan baik namun entah diluar dugaan pelaku malah melakukan kekerasan hingga hilangnya nyawa Ibu Delfina. Didakus Dame, kamu keterlaluan kamu harus terimah perbuat bejat mu itu. Hukum mati pasti jalan terbaik untuk menuntut keadilan.
Komentar
Posting Komentar