PENTING!!! MENGKAJI SEJARAH PERKEMBANGAN DUNIA PENDIDIKAN DIFLOTIM KECAMATAN WITIHAMA
PENTING!!! MENGKAJI SEJARAH PERKEMBANGAN DUNIA PENDIDIKAN DIFLOTIM KECAMATAN WITIHAMA
Sejarah menjadi penting dalam menyelesaikan terhambatnya perkembangan dunia pendidikan, sebab dengan menoleh kebelakang menjadi patokan kita tuk menuju masa depan yang lebih baik.
Kepingan sejarah masa lalu jika dihubungkan akan saling kait mengait dan harus menjadi rujukan suatu bangsa dalam membentuk peradaban yang lebih maju kedepan. Pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia dalam mengatur kehidupan individu mau pun sosialnya. Sejarah pendidikan diWitihama (salah satu Kecamatan yang ada diFlores Timur, Adonara) tidak terlepas dari sejarah perkembangan zaman penjajahan Kompeni Belanda yang menerapkan Politik Etis pada abad ke19 tepatnya padatahun 1899 yang dicetuskan oleh C.Th. Van Deventer, seorang etikus yang dengan tulisannya yang terkenal “Een Eereschuld” yang artinya kewajiban suci atau hutang budi. Dalam tulisannya itu Van Deventer mengkritik bangsanya sendiri akan kewajiban suci atau hutang budi. Tulisannya itu termuat dalam majalah De Guide. Esensi dari tulisannya itu pemerintah Hindia Belanda harus menebus dosanya yang telah menguras habis alam Indonesia dengan melakukan meningkatkan kesejahteraan dan mencerdaskan penduduk Indonesia. Kebijakan diantarnya irigasi, edukasi, emigrasi.
Puncak diterapkannya politik Etis dimulai pada tahun 1901 dengan pidato ratu Belanda yang menyatakan bahwa negeri Belanda mempunyai
kewajiban untuk mengusahakan kemakmuran serta perkembangan sosial dan ekonomi dari penduduk Hindia Belanda
Pada awal abad 20, motivasi penduduk bumi putra semakin meningkat dengan dihadirkan lembaga-lembaga pendidikan diJawa diantaranya OSVIA (opleiding scholen voor inlandasceh abtenren: sekolah latihan untuk para pejabat pribumi) dan juga STOVIA (school tot opleading van inlandsche artchen: sekolah untuk latihan dokter pribumi) tahun 1922, ditahun 1914 HIS (hollansach inlandsch scholen; sekolah-sekolah Belanda pribumi) ditahun yang sama MULO (meer uitgebreid lager ond erwij: pendidikan rendah tingkat SLTP) tahun 1919 AMS (algemiene midlle bare schollend: semacam SLTA) kemudian HBS (hooghere burger schole: skolah menengah tengkat atas)
Politik etis tidak hanya terjadi dipulau Jawa, namun merembet keNTT, walaupun diNTT khususnya diwilayah Flores yang lebih berperan dalam dunia pendidikan kaum misionaris (tokoh-tokoh umat katolik) yang sudah diberi keleluasan oleh pemerintah Hindi Belanda ditandai pada tahun 1923 terjadi pembaharuan kontrak antara misi dengan pemerintah colonial Belanda tentang sekolah-sekolah. Pada priode 1900-1928 pengembangan agama diwilaya NTT khususnya wilayah flores timur mengelami peningkatan, tahun 1915 P.W Boach SVD (sosiates verby divini) yang bekerja diTimor sejak tahun 1913 pindah ke Larantuka dan merupakan SVD yang pertama diflores.
Misionaris pun menadapat angin segar ketika terjadinya kontrak pembaharuan dengan pemerintah colonial Belanda pada tahun 1923 tentang sekolah-sekolah menambah perluasan dunia pendidikan kedaerah-daerah terpencil meningkat. Tercatat pada tahun itu jumlah umat katolik diflores berjumlah 25000.
Ditahun 1935 program missi lebih terorganisir dengan baik ketika diadakan Synode diNdona, Ende yang dihadiri oleh 30 imam dari seluruh vekariak di Nusa tenggara untuk membicarakan program missi dan pendidikan dalam asrama dan lain lain.
DiLarantuka sendiri ibu kota Flores timur, pada tahun 1940 terdapa 17 orang imam, 9 bluder, 66 buah gereja, dan 100 tempat ibadah dapat menampung 69000 umat katolik.
Dari Larantuka penyebaran dunia pendidikan pun sampai ke wilayah Adonara timur khususnya diKecamatan Witihama yaitu didirikan beberapa sekolah yang berlandaskan agama Katolik diantaranya SDK Lamablawa, SDK Lewopulo, SDK Balaweling, SDK Honihama, SDK Regong, SDK Watololong, SDK Watoona, SDK Lewokmie, SDK Witihama, SMAS Katolik Lamaholot, dan SMP Katolik Lamaholot 1912.
Agama Islam pun demikian walaupun terlambat dalam pembangunan pendidikan diwilayah NTT khususnya Flotim, Witihama namun memiliki lembaga pendidikan non formal yang sudah dibangun sejak penyebaran agama Islam pada abad 16 yang masuk ke NTT seperti di Langgar, Musholah, pembelajarannya hanya berfokus pada pemahamn Islam dan masih bergaya tradisional.
Dimasa pergerakan kebangsaan banyak organisasi yang berbendera Islam berdiri diNTT diantaranya PSII, yang memiliki cabang diAlor, Muhmmadiyah, dan juga Asyaratul Mustaqim. Memang jejak sejarah pendidikan Islam diNTT sulit ditelusuri, namun dengan hadirnya organisasi berlebel Islam menjadikan dunia Islam NTT kian maju. Lembaga pendidikan Islam diWitihama pun hadir dimasa ORBA yaitu adanya lembaga pendidikan MIS Witihama, MTS Witihama, MAS Witihama. Walaupun hadirnya pendidikan Islam di Witihama pada saat masa ORBA dan jauh lebih mudah dari lembaga pendidikan Katolik milik Misionaris yang lebih duluan. Namun kedua peran agama tersebut perlu menjadi bahan refleksi kita untuk pembelajaran dalam memajukan dunia pendidikan kedepan khususnya pada wilayah Witihama dan NTT pada umumnya.
Komentar
Posting Komentar